Selamat Tahun Baru 1431 Hijriyah

Waktu berlalu, dan sekarang saatnya sang waktu menggantinya dengan tahun yang baru. Memang, waktu tak pernah berhenti. Dia akan terus berjalan apa adanya, detik demi detik. Sampai-sampai kita tak menyadari bahwa waktu itu takkan pernah terulang kembali.


Di awal Tahun Baru Islam 1431 Hijriyah ini adalah merupakan saat yang tepat untuk introspeksi diri, mengoreksi diri, apa yang sudah kita perbuat selama ini. Makna hijriyah tidak terbatas pada ”perpindahan” fisik dan tempat, tetapi lebih dari itu, pembangunan moralitas manusia beserta peradabannya.

Makna Kata hijrah dalam Al Quran setidaknya disebut sebanyak 24 kali dengan variasi makna dan perubahan morfemnya. Kata ”hajara” (pindah; tansformasi) terulang sebanyak sembilan kali dengan makna yang saling berkorelasi diantaranya rejeki yang luas, tempat yang baik, migrasi, transmigrasi atau meninggalkan, menarik diri, dan eksodus.

Di antara ayat Al Quran yang menerangkan makna hijrah dengan makna ”tempat yang baik” adalah seperti dalam QS An Nahl (16): 41: ”Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih basar, sekiranya mereka mengetahui.”

Dalam ayat tersebut terdapat kata dzulimu’ (jamak) dari masdar dzolama (zalim) yang berta’alluk (berkaitan) dengan kata linubawwi’annahum (dengan memberikan tempat) yang baik di dunia.

Dengan pengertian, bahwa berhijrah dalam konteks ini berkonotasi dengan makna transmigrasi atau bertebaran ke muka bumi (QS Al Jumah: 9-10) untuk mencari rezeki dan karunia Allah yang lain berupa kesehatan, kesempatan, pendidikan, dan keterampilan.Di awal tahun di setahun yang lalu kitapun merasakan hal yang sama seperti sekarang ini. Harapan baru, semangat baru juga target baru. Dan selama setahun kemarin kita telah berusaha dengan segala usaha menggapainya.

Dan sekarang, waktu setahun itu sudah kita tinggalkan. Tak mungkin kita ulangi lagi, tak ada ulangan untuk apa yang sudah kita lakukan kemarin.

Sungguh benar bahwa manusia itu memang berada dalam keadaan yang merugi jika kita tak dapat memanfaatkan waktu yang ada, detik demi detik di depan. Dan juga sungguh benar jika hal yang paling jauh adalah hari kemarin, karena tak akan pernah dapat kita kejar dan raih kembali.

Untuk itu, di awal Tahun Baru 1431 Hijriyah ini mari kita bertaubat minta ampun pada Tuhan.

Ya Allah, ampunilah segala keteledoran hambamu selama ini, yang telah banyak menyia-nyiakan waktu setahun yang lalu, yang tak mepergunakannya untuk hal-hal yang Engkau cintai. Tuhan, berilah hamba-Mu ini kekuatan dan keteguhan hati untuk dapat memperbaikinya di tahun ini. Berilah hamba-Mu ini kesempatan … untuk berbakti pada kedua orang tua, mencintai keluarga, anak dan istri, serta mengabdi pada Engkau wahai Tuhanku dengan menjadikan diri ini berarti bagi sesama. Cukupkanlah rizki untuk diriku dan anugerahkanlah padaku jiwa yang penuh syukur. Amiin.
Baca Selengkapnya......

Seni Menghadapi Hinaan

Setiap orang – disadari ataupun tidak pasti pernah dihina atau diejek. Bagaimana rasanya ??? Pasti dan tentunya tidak enak! Sangat menyakitkan! Kata-kata hinaan atau ejekan yang dilemparkan biasanya bertujuan untuk menjatuhkan mental atau merendahkan harga diri seseorang.


Banyak orang yang terluka hatinya karena penghinaan yang diterimanya. Seseorang dihina – mungkin – karena dianggap bodoh, lemah, miskin, tidak terpandang atau tidak mampu mencapai prestasi apapun.

Tentu saja, kita tidak bisa menghindar dari hinaan atau ejekan. Namanya juga mulut manusia. Ada saja yang bisa membuat seseorang itu menghina atau mengejek kita. Namun, ada 3 cara agar hati tetap tenang saat dihina atau diejek, yaitu :
  1. Memiliki cara pandang yang benar tentang diri sendiri.
    Kita adalah pribadi yang sangat berharga di mata Tuhan. Seburuk apapun penilaian yang diberikan orang lain pada kita, itu tidak akan merubah nilai kita di hadapan Tuhan. Yang penting adalah pandangan Tuhan tentang diri kita, bukan pandangan manusia yang seringkali subyektif dan bisa menjatuhkan. Bukankah manusia biasanya hanya memandang yang indah, cantik,kaya dan pintar? Tapi, Tuhan melihat hati kita.

  2. Tidak menyimpan perkataan yang busuk di dalam hati.
    Orang bijak tidak akan tawar hati oleh cemooh yang datang dari mulut orang lain. Jika kita terus memikirkan hinaan dan ejekan orang, maka hati kita akan kehilangan damai sejahtera. Buat apa buang waktu dan energi memikirkan ejekan dan hinaan orang lain?

  3. Belajar menerima mereka yang menghina kita dengan hati yang mengasihi dan mengampuni. Nah ini yang paling sulit, namun demikaian anggap saja mereka yang menghina kita sebagai ampelas yang sedang memperhalus karakter dan memperbesar kapasitas kasih kita kepada sesama.
Sumber : http://ilham-alihsani.blogspot.com
Baca Selengkapnya......