Ramadhan sebentar lagi akan kita lewati dan kita memasuki suatu hari yang disebut hari kemenangan. Adalah sangat wajar jika banyak orang yang mengatakan bahwa ini adalah hari kemenangan, dimana sesuai dengan namanya disebut hari kembali ke fitrah. Fitrah berarti kita kembali seperti bayi yang baru saja dilahirkan. Ampunan dari Allah سبحانه وتعالى dan maaf dari sesama mudah-mudahan sudah kita dapatkan. Namun ini bukanlah suatu akhir sebab kita masih diberikan umur panjang untuk menjalani hidup selanjutnya.
Kita tidak perlu takut dan waswas dalam menghadapi masa depan. Kerikil tajam, bukit terjang, serta godaan hawa nafsu yang pasti akan mengiringi langkah kita. Justru setelah kita melalui hari lebaran ini, harus membuat kita berjalan lebih mantap. Ingatlah artikel sebelumnya yang menyebutkan bahwa Ramadhan adalah momentum perubahan. Artinya kita sudah berubah, entah besar atau kecil, jika kita menjalani ibadah shaum dengan baik, pasti ada perubahan positif dalam diri kita.
Hari Raya Idul Fitri adalah momen kembali ke titik nol. Momen untuk mengambil langkah-langkah baru demi keberhasilan kita dimasa mendatang. Seperti bayi yang baru lahir, kita perlu berpikir benar-benar dari nol. Kita susun langkah seolah tidak ada beban dipundak kita. Kini saatnya kita mengambil langkah yang seharusnya kita ambil sejak dulu. Kini kita saatnya melepaskan apa yang seharusnya kita tinggalkan sejak dulu. Semua ini karena kita memang sudah lepas dari masa lalu menuju masa depan yang lebih gemilang. Yang tersisa dari masa lalu hanyalah hikmah yang akan menjadi bekal kita menapaki jalan yang akan kita tempuh.
Idul fitri adalah hari kemenangan besar yang mengembalikan manusia pada fitrah (kesucianya) dimana jiwa kembali bersih karena dibasuh dengan ibadah, dan rizqi yang dimiliki telah dicuci dengan zakat, dan jika antara sesama telah saling memaafkan maka baru dapat dikatakan kembali kepada kesucian dari berbagai dosa sebagai buah dari ibadah sepanjang bulan Ramadan. Pada Idul Fitri, manusia yang taat pada takdir Allah سبحانه وتعالى meyakini tibanya kembali fitrah diri yang kerap diimajinasikan dengan ungkapan "terlahir kembali".
Idul Fitri bukanlah suatu yang akhir, masih akan ada perjuangan yang harus dilalui sesudahnya. Seperti yang pernah diisyaratkan Rasulullah seusai perang Badr di akhir Ramadhan. Bahwa, dari perang kecil (Badr) ini, masih ada perang yang lebih besar untuk mengekang hawa nafsu dalam menegakkan syariat islam dengan benar. Sabda Rasulullah : الدين النصيحة , Arti nasehat bukan sekadar membimbing dengan kata-kata, tetapi menunjukkan serta mendukung segala kebajikan dengan amal perbuatan, tidak hanya memberi contoh tapi mampu sebagai contoh, sehingga pemberi nasihat mengantar orang yang dinasihati kepada suasana keterbukaan, tenggang rasa, serta insyaf bahwa kebutuhan manusia tidak dapat dipenuhi kecuali dengan bantuan orang lain. Jika hal ini terwujud maka akan tercipta ukhuwah yang kuat dalam hubungan antar manusia.
Kita memang masih boleh melanjutkan apa yang sudah kita mulai sejak lama. Tetapi bukan karena harus melanjutkan, kita melanjutkan apa yang sudah kita lakukan karena keputusan baru, atas petimbangan kita saat ini. Apakah yang kita lakukan ini harus kita lanjutkan atau tidak? Bukan…, bukan karena Anda harus melanjutkan. Andalah yang menentukan, bukan pekerjaan Anda, bukan bisnis Anda, bukan siapa pun.
Kita sudah berubah menjadi lebih baik, baik dari segi ruhiah, fikriah, maupun jasadiah melalui Ramadhan yang baru saja kita lalui. Kita juga sudah terlepas dari beban masa lalu. Kita juga sudah mendapatkan bekal berupa hikmah dari guru yang bijaksana (pengalaman kita). Maka kini saatnya kita melangkah maju ke depan untuk meraih masa depan yang gemilang.
Akhirnya kita berharap agar Idul Fitri 1432 Hijriah tahun ini, di samping dirayakan secara masif yang hanya satu kali dalam setahun, akan dapat menyadarkan kita semua agar secara bertahap memahamii hakikat Idul Fitri sehingga buah yang didapat adalah kemenangan sejati, bukan capaian spiritual yang dangkal dan tuna-makna. Semoga roda sejarah modern Indonesia akan bergerak menuju kepribadian yang tangguh bermartabat sebagai hasil dari pencarian sebuah makna spiritual yang terdalam. Mari Kita jadikan Baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم sebagai contoh terbaik dalam membina akhlak yang mulia dan berbudi luhur. Insya Allah kita akan disayangi dan dihormati sebagaimana Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dicintai oleh para sahabat dan seluruh umat Islam karena keluhuran budi pekerti yang dimilikinya.